Tarian Mahadewi di Atas Hong Kong
Baru saja, Yogyakarta bergetar. Bukan oleh gempa, tapi oleh irama langkah-langkah Garuda Pertiwi di GOR Amongrogo. Di bawah langit Nusantara, Timnas Futsal Putri Indonesia mengubah pertandingan menjadi legenda. Skor akhir? 5-0. Lawannya? Hong Kong, yang datang seperti singa tapi pulang seperti kucing kehujanan.
Ketika peluit ditiup, lapangan berubah jadi medan perang. Garuda Pertiwi langsung menyerang tanpa basa-basi. Alya Ananda, dengan kaki bak panah Dewa Kama, hampir saja mengoyak gawang Hong Kong. Tapi, Ng Cheuk Wai, sang kiper, seperti tokoh utama drama wuxia, memblok dengan gaya.
Menit demi menit berlalu. Indonesia seperti badai yang menghantam benteng Hong Kong. Tapi gol? Nihil. Babak pertama berakhir dengan skor 0-0, tapi jangan salah. Itu bukan kegagalan. Itu hanyalah prolog dari kisah megah yang akan datang.
Di babak kedua, Garuda Pertiwi tak lagi bermain futsal. Mereka menari. Tarian perang yang indah, memukau, sekaligus mematikan.
Menit ke-22, Dinar Kartikasari menembakkan peluru pertama. Tendangannya? Bukan sekadar tendangan. Itu adalah petir yang membelah langit Yogyakarta. Gawang Hong Kong bergetar, skor 1-0.
Satu menit berselang, Insyafadya Salsabillah menambahkan luka di dada Hong Kong. Berkat umpan surgawi dari Fitri Rosdiana, ia mencetak gol kedua. Gawang Hong Kong seperti pintu tanpa kunci, terbuka lebar. Skor berubah menjadi 2-0.
Apakah itu cukup? Tentu saja tidak. Menit ke-28, Dinar kembali menghujamkan belati. Kali ini, ia melakukannya dengan elegansi yang tak tertandingi. Gol keduanya membuat skor menjadi 3-0.
Jein Sitty Way, sang seniman lapangan, tak mau ketinggalan. Pada menit ke-31, ia memperlebar jurang kehancuran Hong Kong. Tendangannya seperti sinar mentari, terang, panas, dan tak terhindarkan. 4-0.
Puncaknya? Menit ke-33. Nisma Francida, dengan ketenangan seorang ratu, mencetak gol pamungkas. 5-0. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Hong Kong selain menyeka air mata.
Pertandingan ini bukan sekadar laga olahraga. Ini adalah teater epik, di mana Garuda Pertiwi menjadi pemeran utama. Hong Kong? Mereka hanyalah figuran, tak mampu menahan arus deras permainan Indonesia.
Sella Salsadila di bawah mistar adalah penjaga surga. Lini belakang Indonesia adalah tembok China versi Nusantara. Di depan, para penyerang kita bukan manusia biasa, mereka adalah dewi-dewi dengan sepatu emas.
Kemenangan ini membawa Indonesia ke Piala Asia Futsal Putri 2025 di China. Tapi lebih dari itu, ini adalah pesan untuk dunia, hati-hati, kami datang!
Hong Kong mungkin pulang dengan tangan hampa, tapi mereka akan selalu ingat malam ini. Malam di mana Garuda Pertiwi menunjukkan bahwa di lapangan futsal, Indonesia bukan sekadar bermain. Kami berperang. Kami menang. Kami membuat sejarah.
#camanewak
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar